Aku mencintaimu Bang, lebih dari apapun!

Jumat, 16 Februari 2018

Ngeblog benar-benar bisa menambah penghasilan



"Lagi dimana, Uni?"
"Lagi ngliput acara ini, di Mall biasanya, ada apa?" Aku menjawab telepon adikku sambil berteriak-teriak karena bising suara musik di sekitarku. Aku sengaja memakai kata meliput untuk memudahkan menjelaskan pekerjaanku sebagai blogger kepada adikku.
"MasyaAllah, terus Bang Ari sama siapa?"
"Kan ada Mbak Wati dan anak-anak, kenapa memangnya? Bang Ari baik-baik saja koq!"
"Bukannya hari ini waktunya terapi?" Adikku bertanya lagi
"Iya, sudah selesai tadi terapinya lalu Uni langsung berangkat ke sini, ada apa Nay?" Aku menjelaskan dengan sedikit tidak sabar.
"Oya udah gapapa," tut tut tut.. Nay menutup telponnya.

Aku mengerti kekhawatiran Nay, rasa sayang terhadap Abangnya lah yang membuatnya terlalu khawatir. Sendainya Nay tahu, berapa banyak tawaran yang kutolak, tentu dia akan mengerti bahwa aku sudah sangat pilih-pilih dan selektif untuk mengambil jobku. Aku memilih job review yang bisa kulakukan di rumah saja, atau content placement yang hanya cukup publish product di blogku tanpa harus susah susah hadir di acaranya. Aku juga melihat brand yang mengadakan, kalau belum halal atau tidak sesuai dengan imageku, aku juga tidak akan mengambilnya. Aku tetap mengutamakan kesehatan Abangnya. Aku hanya datang meliput paling banyak dua kali dalam sebulan. Tetapi Nay tampaknya tetap keberatan.

Meliput launching produk seperti ini memang mewajibkan kita untuk hadir

Sudah tiga tahun ini Bang Ari terkena stroke, serangan stroke yang kedua ini membuatnya susah berjalan. Bang Ari juga terpaksa harus resign dari pekerjaannya. Akhirnya aku memutuskan untuk menekuni dunia blogger untuk menambah penghasilan. Bang Ari juga sangat mendukungku, justru dialah yang mendaftarkan blogku sehingga menjadi TLD. Tetapi tampaknya adiknya tidak begitu suka kalau aku terlalu aktif ngeblog. Kegiatan blogger yang mengharuskan aku sering keluar rumah membuat adikku benar-benar khawatir akan keadaan Abangnya semata wayang itu.

Setelah selesai acara, aku bergegas pulang. Terus terang telpon dari Nay tadi membuatku tak enak hati. Kalau sampai terjadi apa-apa pada kakaknya itu, pasti aku yang akan disalahkan. Seandainya Nay tahu, dia pasti akan mengerti soal keputusanku ini.
"Sudah di rumahkah?" Telpon Nay kembali berdering, untung aku sudah sampai di rumah.
"Sudahlah" jawabku singkat
"Maaf ya Uni, Nay tidak bermaksud melarang-larang Uni pergi, tetapi Nay khawatir keadaan Bang Ari kalau dia sendirian di rumah. Uni tahu kan maksud Nay?"
"Iyaaa, Uni pahamlah. Uni juga bisa mengatur waktu kan? Lagian Abangmu di rumah juga tidak sendirian, ada mbak Wati, ada anak-anak yang nemenin" Aku mencoba bersabar.
"Iya Uni, Nay tahu, maafkan Nay ya..." Suara Nay memelas di ujung sana.
"It's Okay, Uni juga minta maaf yaa, membuatmu jadi khawatir." aku ucapkan salam lalu kututup telponnya. Sudah sore waktunya aku menyiapkan masakan buat makan malam.
Acara bersama para  blogger selalu seru 


'Tanggal 30 minggu depan, Uni ikut meliput acara di Jam Gadangkah?", lagi-lagi Nay tahu saja jadwalku.
"Tentulah Sayang, ini acara besar, feenya juga besar lho. Itu brand ternama yang mengadakan, tidak semua blogger berkesempatan mengikutinya. Alhamdulillah Uni terpilih, Nay. Jadi Uni harus memanfaatkan kesempatan ini sebaik-baiknya. Mungkin Uni mau minta tolong Kang Ale supaya mengantar Bang Ari Terapi. Bagaimana?" Aku khawatir Nay tidak setuju dengan rencanaku.
"Kenapa tidak antar Abang dulu, baru Uni berangkat?" benar dugaanku Nay pasti keberatan
"Uni takut terlambat, apa kata Mbak Milda nanti kalau tahu Uni tidak tepat waktu, Uni tak nyamanlah kalau sampai ketinggalan, Nay" Aku sedikit jengkel.
"Memang Kang Ale tau prosedurnya, di bagian mana saja terapinya?" Tanya Nay lagi.
"Tahu Sayang, Uni sudah dua kali ini minta tolong Kang Ale dan dia bisa koq" Aku mencoba meyakinkan Nay.
"Baiklah, Uni" Nay menjawab singkat sambil menutup telponnya.
Aku tahu Nay tidak ikhlas sepertinya kalau aku berangkat. Tetapi bagaimana lagi, aku tidak mungkin membatalkan semuanya. Apalagi ini kesempatanku untuk branding. Tidak semua blogger berkesempatan menghadiri acara yang juga akan dihadiri Bapak Gubernur ini.

Acara yang kutunggu-tunggu tiba. Aku suidah mempersiapkan semuanya. Perasaanku tidak enak, entahlah. Rasanya aku ingin mengantar Bang Ari dulu baru berangkat. tetapi aku juga takut terlambat. Apalagi Mbak Milda sudah berpesan kepadaku untuk datang tepat waktu, karena ini acara besar. Akhirnya aku menunggu Kang Ale datang dulu, baruberangkat.

Berkah ngeblog

Acara baru separuh berjalan ketika ada telpon masuk. Kang Ale mengabarkan Bang Ari kondisinya lemas setelah terapi, mungkin kecapekan. Dokter menyarankan untuk rawat inap, takut nanti kalau pulang akan bertambah buruk kondisinya. Ya Allaaah aku langsung panik, walaupun Kang Ale memintaku untuk tetap tenang. Dia berjanji akan menghandle semuanya, tetapi aku tetap tidak bisa konsentrasi. Aku benar-benar galau, harus segera pulang atau tetap melanjutkan mengikuti acara ini. Aku harus berpikir cepat. Akhirnya aku memutuskan untuk pulang, aku mengambil beberapa gambar penting dan tidak lupa berswafoto sebagai bukti bahwa aku sudah hadir disana. Press release yang kuterima sudah cukup membantuku menulis laporannya nanti. Setelah cukup mengambil datanya aku bergegas menuju rumah sakit.
Blogger kini sudah menjadi profesi 


Bang Ari tampak tertidur pulas ketika aku sampai di kamar rawat inapnya. Kang Ale telah menjaganya dengan baik. Aku mengucapkan terima kasih kepada Kang Ale dan membiarkan Kang Ale pulang. Kekhawatiranku hilang sudah melihat Bang Ari baik-baik saja. Sambil menunggu Bang Ari, aku mengunggah foto kegiatanku hari itu. Puluhan tweet dan beberapa foto di Instagram terkirim dengan sempurna sebagai tanda bahwa aku hadir di acara itu. Tulisanku di blog juga segera kuselesaikan berbekal press release yang kubawa. Semua sudah selesai kukerjakan ketika Bang Ari terjaga. 

"Bunda ada disini? Acaranya sudah selesai? belum kan? Bukannya Bunda bilang sampai sore?" Bang Ari keheranan melihatku sudah ada disampingnya.
"Sudah selesai tugasku. Kesehatan Abang lebih penting bagiku dari semua acara itu" Aku memeluknya dan meminta maaf karena tidak bisa mengantarnya terapi hari. Bang Ari tersenyum maklum dan mencium keningku.

Aku upload foto ini agar Nay tahu aku sudah di rumah sakit


Tetiba handphone Bang Ari berdering,
"Abang gimana kondisinya? Abang baik-baik saja kan? Ini Nay udah otw Bang, bentar lagi sampai rumah sakit. Memang Uni keterlaluan lebih mementingkan acara itu daripada mengantar Abang. Ini Nay lihat instagramnya, malah sibuk upload foto kegiatannya, bukannya cepetan ke rumah sakit," Cerocos Nay di seberang. Aku melarang Bang Ari untuk  mengatakan kepada Nay bahwa aku sudah di rumah sakit. Bang Ari hanya berkata iya lalu menutup telpon Nay.

Bergegas aku memotret Bang Ari dengan segala selang di wajahnya dan mengunggahnya di Instagram lalu kutulis captionnya Aku mencintaimu lebih dari apapun,GWS ya Bang! Aku berharap Nay melihat dan membacanya, supaya dia tahu aku sudah berada di Rumah Sakit.

Baru saja kututup handphoneku, ketika Nay menghambur di pelukanku. Tangisannya di bahuku sudah cukup mewakili permintaan maafnya. Semoga mulai saat ini Nay tahu, Abangnya tetaplah prioritasku nomer satu, tetapi ngeblog juga tak mungkin kutinggalkan.


THE END


We are bloggers and we are proud of it 

Tulisan ini diikutkan dalam Lomba :

Banner lomba dalam rangka #Miladflp21







 

2 komentar

  1. Ya Allah nangis aku Mbk, huhuhu... begitulah galaunya seorang blogger ya. Tapi, keluarga tetap nomer satu.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehehe iyaa dik Naqy, dirimu juga taulaah godaannyaa wwkwkk harus pinter2 atur waktu deh...

      Hapus

Tengkyu udah blog walking here and nyempetin comment yaa...


Hakuna Matata
@trianadewi_td