TIDAK PERLU JAUH-JAUH KE ARAB, YUK KE CHICKING AJA!

Minggu, 30 Juli 2017



 Royal Plaza di Jalan Ahmad Yani 18 Surabaya siang itu ramai sekali, pengunjung memadati berbagai outlet di plaza tersebut. Baik Orang dewasa maupun anak-anak tampak penuh sesak menikmati hari Minggu yang ceria. Salah satu gerai yang tak kalah ramainya adalah Chicking yang ada di Ground Floor A1-1. Chicking sebagai jaringan Internasional Resto halal dari Dubai, Uni Emirat Arab kini hadir di Indonesia. Gerai pertamanya ada di Royal Plaza Surabaya ini.
Sudah mulai mempunyai pangsa pasar sendiri

       Manajemen PT Ayam Top Dubai, President Director PT. Ayam Top Dubai Hengki Setiawan mengatakan Surabaya menjadi pertimbangan tersendiri karena Surabaya dianggap sebagai kota pusat perkembangan bisnis di Indonesia Timur yang sangat potensial. Gerai kedua akan segera di buka di kota Jakarta dan akan menjadi pusat pengembangan Chicking di Indonesia Barat.
Pegawai yang sigap dan tangkas mendukung pelayanan yang cepat

Chicking yang secara historis dikonsepkan di Dubai adalah salah satu merk Restoran layanan cepat (QSR – Quick Service Restaurant) Internasonal Halal pertama. Outlet chicking pertama didirikan pada tahun 2000 dan kemudian berkembang pesat dan menjadi populer di 8 negara dengan lebih dari 100 gerai, yaitu Dubai, Oman, India, Afghanistan, Maldives, Ivory Coast, Malaysia dan Indonesia.
serasa kembali ke Arab

Chicking kini telah melayani lebih dari 500.000 pelanggan setia yang akan segera terus bertambah. Hal ini dikarenakan Chicking sangat memahami apa yang disukai oleh banyak keluarga. Chicking menyajikan makanan segar dan lezat dengan menggunakan ramuan dan rempah-rempah berkualitas terbaik, yang dipilih secara hati-hati, untuk memberikan rasa unik dan suasana berbeda yang modern. Lezatnya Chicking terinspirasi oleh budaya rasa dari seluruh dunia, diantaranya yaitu Amerika yang Otentik, Lezatnya Meksiko, Inspirasi India dan Italia yang tak tertahankan. Tidak hanya fokus pada sumber dan rantai makanan saja, Chicking juga concern pada pengalaman end-to-end yang mencakup kebersihan dan keamanan secara menyeluruh.
Flaming Grilled Chicken dan Chicking Rice

Berbagai macam menu yang bisa kita nikmati di Chicking adalah:
1.    Flaming Grilled Chicken
Dibuat dari potongan ayam paling  lezat, yang dibumbui secara halus dengan rahasia perendaman hingga akhirnya dipanggang dengan sempurna. Kekuatan rasa membuat produk baru ini menjadi menu terlaris dan best seller.
2.    Chicking Rice
Nasi kuning yang terinspirasi nasi Biryani, terbuat dari beras Arab atau beras Basmati yang dimasak dengan rempah-rempah khusus.
3.    Original Fried Chicken
Terbuat dari potongan segar dan ayam juicy yang direndam dalam resep ramuan rahasia dari rempah-rempah aromatik, bertekstur lembut dilapisi tepung roti dan tepung putih dengan bumbu gurih.
4.    Chicken Strips
Berupa potongan dada ayam dengan ukuran 4 inchi yang renyah tanpa tulang, digulung dalam balutan tepung putih dengan bumbu zesty. Tersedia dalam pilihan rasa yang biasa atau pedas
5.    Big Beef Burger
Nikmati daging sapi murni, patty yang dihiasi selada renyah dan irisan gurih keju yang ditambahkan diatasnya bawang segar, acar, tomat dan roti biji wijen yang yummy.
6.    Tandori Burger
Fillet ayam renyah dan pedas ini dilapisi tepung roti dan bertabur bubuk tandoori untuk cita rasa khas India, segarnya selada dan saus mayo serta biji wijen bumbu menciptakan kelezatan yang sempurna
7.    Royal Crunchy
Sandwich dengan fillet ayam dan selada segar dengan mayones yang kaya rasa
Kemasan take away nya mantap, asyik dan keren buat dibawa pulang


8.    Royal Wrap
Dibungkus pedas dengan dua strip menggoda, selada segar, tomat potong dadu dan mayones dengan roti tortilla panggang panas.
9.    Chrunchy Supreme
Menu favorit keluarga yang besar dan sehat hadir dalam rasa asli atau pedas yang juga dilengkapi dengan selada segar, tangiest asin dan saus Chicking yang gurih.
10. Tandoori Bites
Gigitan yang lezat dan adiktif. Terbuat dari potongan ayam tanpa tulang yang lembut dan juicy, dilapisi tepung roti yang digoreng dan diberi bubuk tandoori khas Chicking
11. Chick Pops
Daging ayam dengan ukuran gigitan yang lembut tanpa tulang, yang tersedia varian pedas dan biasa.
12. Tandori Fries
Kentang goreng berkarakter yang renyah bagian luar dan lembut di dalam yang dilapisi dengan bubuk tandoori untuk kesempurnaan rasanya.
13. Minuman Dubai Breeze atau Thirst Busters
Sejenis mocktail khas Dubai yang segar dan eksotik dengan paduan daun mint dan lemon. Ada 3 varian rasa: Passion Fruit Frizzr, Green Apple Frizzr dan Blue Lagoon Frizzr.
Arul suka dapat hadiah balon

Chicking yang memang dikemas dalam suasana cerah, modern dan unik, juga didukung oleh personil yang siap melayani dengan penuh kehangatan, ramah dan efisien. Inovasi produk adalah salah satu fokus utama chicking, agar pengalaman saat makan di Chicking menjadi pilihan yang sempurna bagi keluarga di Indonesia. 
Menunya lengkap buat anak-anak dan orang dewasa

Sehingga Chicking bisa menjadi resto cepat saji paling ngetop dengan resep lezat dan harga yang sangat terjangkau. Tidak perlu jauh-jauh ke Arab, ke Chicking saja, because Chicking it’s my choice!




Read More

THE BAPER EDITOR (ditulis spesial buat keluarga Media Guru)

Selasa, 02 Mei 2017




Saya bergabung dengan tim editor Media Guru awalnya karena rasa ikut memiliki yang besar terhadap Media Guru. Saya ingin buku yang diterbitkan Media Guru menjadi buku-buku best seller yang enak dibaca dan disukai pembacanya . Ketika Sang Boss Editor mengatakan timnya hanya sedikit dan butuh bantuan banyak editor, maka saya menyatakan siap bergabung. Membayangkan peserta Media Guru Writing Camp yang membludak dimana-mana, bisa saya bayangkan akan ada ratusan naskah masuk yang harus diedit.
Ketika akhirnya email dari Boss Editor masuk, saya langsung tersenyum kecut. Naskah yang dikirim per bab sehingga banyak attachment dalam satu email, foto-foto yang dikirim satu-satu dan banyak lagi yang membuat saya mulai menyadari bahwa saya harus bekerja keras. Saya sudah terbiasa menjadi editor pada banyak naskah dan buku. Memang saya akui, naskah yang saya edit biasanya adalah naskah-naskah yang terpilih bahkan kadang naskah pemenang lomba. Semua naskah sudah rapi dan urut.  Saya tidak perlu pusing-pusing, cukup memoles sedikit, sim salabim naskah siap diterbitkan. Tentu bisa dibayangkan bagaimana perasaan saya ketika bertemu naskah  seperti ini.
Pertama membuka email kiriman Boss Editor ini, saya menitikkan air mata. Saya Terharu. Demi Allah saya tidak sedang lebay. Saya benar-benar terharu. Naskah yang masuk itu amat sangat kacau. Sekali lagi amat sangat kacau. Bukan saja dari segi ejaannya, tapi kalimat yang dituliskan pun sama sekali tidak bisa dipahami. Lalu apa yang membuat saya terharu? Apa yang membuat saya menangis haru? Apa karena  saya harus lembur bermalam-malam hanya untuk mengedit satu naskah itu? Apa karena saya harus minum bodrek beremplek-emplek -pinjam istilah si Boss- agar naskah itu menjadi enak dibaca?
Bukan itu yang ada dalam pikiran saya. Yang saya pikirkan adalah, yang ada dalam pikiran saya adalah, apa yang sudah dijejalkan oleh CEO Media Guru pada para peserta Writing Camp ini sehingga mereka tergerak hatinya untuk menulis? Apa yang sudah disampaikan kepada mereka sehingga mereka mau berusaha untuk menghasilkan buku? Saya benar-benar tidak habis pikir. Saya memang ikut acara Writing Camp di Malang tetapi tidak sampai selesai. Bagaimana membuat ratusan guru itu tiba-tiba bersedia menulis, tiba-tiba tergerak hatinya untuk menulis? Bagaimana bisa? Itulah yang ada dalam pikiran saya. MasyaAllah.
Saya acungkan keempat jempol saya kepada Mr. CEO Media Guru yang berhasil memotivasi dan menyemangati teman-teman guru untuk menulis, untuk menghasilkan satu buku. Padahal mereka belum pernah menulis sama sekali, padahal mereka belum tentu mempunyai kemampuan untuk menuangkan ide dan gagasan mereka. Saya aktif di beberapa komunitas menulis, sering membuat pelatihan menulis tetapi tidak pernah berhasil memotivasi sedahsyat itu. Mungkin hanya satu dua saja yang tergerak untuk menulis. Sepertinya saya harus berguru banyak kepada Mr.CEO kita. Allahu Akbar.
Kebetulan lagi saya ini orangnya perfeksionis, saya tidak mau bila di buku  itu,  tertulis saya sebagai editornya tetapi bukunya acak adul. Terlebih lagi saya membawa nama besar Media Guru. Akhirnya  saya memang  tidak bisa mengedit asal-asalan. Saya gemes tiap kali bertemu kalimat yang tidak bisa dipahami, pasti saya ganti dengan kalimat yang mudah dimengerti. Agar bisa dipahami dengan baik oleh pembaca. Kalau yang ditulis itu sesuai dengan bidang saya, mungkin dengan mudah saya bisa memperbaikinya. Tetapi kalau tidak, mungkin minum beremplek-emplek bodrek tidak juga bisa membantunya. Kalau Bos Editor diibaratkan sudah naik pesawat jet dalam mengedit naskah teman-teman, maka saya masihlah tertatih-tatih mengeditnya. Saya tetap tidak rela bila naskah itu terbit dengan tidak sempurna.  Bisa dibayangkan bila saya mengedit lima buku saja, maka saya berasa menulis ulang lima buku itu, karena saya selalu saja tidak puas dengan hasil editan saya. Tetapi tidak berarti semua naskah yang masuk seperti itu. Tidak. Banyaaaaaaak juga naskah yang masuk dan sudah sempurna. Mungkin Boss Editor yang saking cintaaaanya kepada saya sehingga naskah yang dikirim kepada saya koq ya yang membuat saya harus minum bodrek semua hehehe...
Mr.CEO dan Boss Editor yang terhormat, saya minta maaf sudah membuat panjenengan menunggu-nunggu hasil pekerjaan saya. Saya benar-benar digembleng menjadi editor beneran ketika bergabung dengan tim Media Guru ini. Saya tidak kapok karena banyak hal yang saya dapatkan dari semua pengalaman ini. Saya ingin besar bersama Media Guru dan melihat Media Guru menjadi penerbit ternama dan diperhitungkan di dunia perbukuan kita. Saya ingin media Guru menjadi  penerbit kebanggaan para guru, saya ingin Media Guru menjadi wadah bagi mereka yang ingin menyalurkan passion menulisnya.  Terima kasih atas kepercayaannya. Last but not least, bolehkah saya minta kiriman bodreknya, untuk bekal mengedit nanti malam??
Read More

EXPLORE YOUR WORLD, ANAKKU!!

Selasa, 04 April 2017




“Ibu, kenapa banyak orang disini?”
“Kenapa semua berwarna kuning?”
“Aku mau foto disini, boleh Bu?”
“Horeeee, aku boleh minum susu sapiiii yaaa Buuu...”
“Aku mauuu loncat-loncat, boleh kaannn Buuuu...”
Tidak seperti kakak-kakaknya, Arul anakku yang nomer 4 ini lebih berhati-hati di setiap mengambil tindakan. Dia akan bertanya banyak hal sebelum melakukan sesuatu.  Setiap mengajaknya ke tempat yang baru, dia akan bertanya ini itu dan sangat penasaran dengan semua hal yang ada di situ. Sebetulnya dia tidak takut dengan hal-hal yang baru, justru dia sangat penasaran sekali dan selalu ingin mencobanya. Tetapi karena berhati-hati maka dia selalu meminta ijin terlebih dahulu kepadaku.

Terus terang, kadang-kadang aku bingung untuk menjawabnya, apakah harus mengijinkan atau melarangnya, karena tidak selalu yang ingin dia lakukan itu aman untuknya. Aku seringkali khawatir jika terjadi hal-hal buruk yang menimpanya. Tetapi begitu datang ke acara Explore Your World yang diadakan DANCOW kemarin, aku menjadi yakin dan mantap bahwa sebagai orang tua kita harus mendukung masa eksplorasi si kecil. Kegiatan yang dilaksanakan oleh Dancow pada 1-2 April 2017 di Royal Plaza ini memang mengusung tagline IYA BOLEH sebagai simbol kepercayaan diri orang tua untuk melepas si Kecil membuka potensi maksimalnya.

Dalam talkshow yang di pandu oleh Shanaz Haque pagi itu, disampaikan oleh Psikolog Ratih Ibrahim bahwa memperbolehkan si kecil bereksplorasi merupakan salah satu wujud cinta Bunda dan Ayah. Orang tua mengatakan IYA BOLEH untuk memperbolehkan dan melepas si kecil melakukan sesuatu, dengan sendirinya dapat mendorong si kecil untuk berani dan mandiri sehingga semakin terbuka kesempatan bagi mereka untuk belajar hal-hal baru dan mengembangkan dirinya.
Pada kesempatan itu Dancow meluncurkan inovasi terbarunya Nestle DANCOW Advanced Excelnutri+ yang memiliki kandungan Lactobacillus rhamnosus hingga tiga kali lipat lebih tinggi dari sebelumnya.  Senior Brand manager DANCOW Advanced Excelnutri+ Nestle Indonesia, Riza Nopalas mengatakan bahwa ada tiga elemen yang mempengaruhi tumbuh kembang anak yaitu nutrisi, stimulasi serta cinta Bunda dan Ayah. Oleh karena itu diharapkan inovasi terbaru yang didukung Nestle Reasearch Centre ini dapat membantu si Kecil mencapai tumbuh kembangnya yang optimal dari sisi nutrisi.

Dokter spesialis tumbuh kembang  anak DR. Dr Roedi Irawan, M.Kes SpA(K) menuturkan bahwa Lactobacillus rhamnosus adalah bakteri baik yang dapat membantu menjaga saluran pernafasan dan saluran cerna si Kecil. Menjaga asupan bakteri baik seperti ini sangat penting karena tubuh yang terlindungi dapat menjadi fondasi fundamental untuk mendukung proses belajar dan pertumbuhan fisik si Kecil, yang tentunya sangat penting dalam tahap tumbuh kembangnya.
Dalam Nestle DANCOW Explore Your World di Royal Plasa kemarin dibagi menjadi empat area utama, yaitu ART CENTRE dengan aktivitas hand painting dan storytelling, CENTRAL PARK yang dilengkapi dengan teknologi augmented reality, SMART CITY dimana si kecil bisa membangun kota DANCOW versinya sendiri, dan ada PLAY PARK yang dipisahkan antara anak yang berusia 1+, 3+ dan 5+ dengan aktifitas wall climbing  dan monkey bar untuk si Kecil bertualang. Semua aktifitas ini bertujuan untuk mengasah mulai dari kemampuan berbahasa dan motoriknya. Juga ada kesempatan untuk berkonsultasi dengan para pakarnya sehingga bisa membantu menyelesaikan masalah-masalah pertumbuhan yang dihadapi si Kecil.
Keseruan Dancow Explore Your World ini ditutup dengan konser Sheila on7. Rasanya kurang sekali karena hanya dua hari, tetapi jangan khawatir bagi yang belum sempat merasakan keseruannya, Dancow akan hadir lagi di Jakarta (29-30 April), Semarang (5-6 Agustus), Solo (9-10 September) dan Makassar (7-8 Oktober). Dengan acara ini,  diharapkan setiap orang tua semakin yakin untuk mengatakan IYA BOLEH kepada si Kecil bereksplorasi sehingga si Kecil dapat mencapai tumbuh kembang anak yang optimal.












                                                                                                                    

















Read More

LAST MINUTE WORKER

Kamis, 23 Maret 2017



 
Deadline datang padahal setrikaan menumpuk, jadi deehhhh...
Aku menyebut diriku sebagai last minute worker alias deadliner. Maksud last minute worker disini adalah  mengerjakan tugas atau menyelesaikan sesuatu pada menit-menit terakhir menjelang deadline, menjelang batas akhir waktunya. Para mahasiswa dulu juga sering mengatakan SKS atau sistem kebut semalam, tugasnya sudah diberikan beberapa bulan yang lalu, tetapi kita mengerjakannya hanya dalam waktu semalam saja. Walaupun harus gedubrakan terburu-buru karena dikejar waktu, tetapi aku tetap saja melakukannya. Kebiasaan jelekku ini sudah menjadi penyakit yang akut, bahkan kronis, bersemayam pada diriku. Dan sudah kulakukan sejak SD bahkan sampai kini ketika aku sudah beranak pinak menjadi seorang ibu. Penyakitku ini bukannya sembuh malah semakin parah.
Aku ingat pada waktu masih sekolah, baik ketika SD, SMP ataupun SMA, ketika aku mendapat Pekerjaan Rumah, aku akan mengerjakannya pada detik-detik terakhir ketika besok paginya akan dikumpulkan. Begitu mendapat PR itu, aku cuma melihatnya sekilas, lalu aku akan menutupnya bukannya langsung mengerjakan, apalagi kalau aku tidak bisa mengerjakan, semakin malas aku mengerjakannya. Seminggu kemudian, ketika ada pelajaran itu lagi, baru malamnya aku mengerjakannya, tentu saja dengan gedubrakan. Sudah kebal telingaku bila ibuku sibuk mengomel, melihat aku begadang mengerjakan tugas. Beliau pasti akan marah-marah, mengatakan aku tidak pandai membagi waktu, lebih mendahulukan hal-hal yang tidak penting dan lain dan sebagainya. Maafkan aku, Ibu. Ibu tidak tahu, ketika saat-saat terakhir seperti itulah sesungguhnya tiba-tiba otakku menjadi encer dan aku mendapatkan kemudahan mengerjakan semuanya. Yang semula aku tidak memahaminya maka tiba-tiba aku langsung seperti mendapat kemudahan menyelesaikannya. Entahlah, aku sendiri tidak tahu mengapa begitu.
Ketika aku duduk di bangku kuliah, penyakit last minute workerku ini semakin parah saja. Apalagi aku tinggal di tempat kost, tidak ada lagi Ibu yang selalu mengingatkan aku, apakah ada PR apa tidak, apakah sudah mengerjakan tugas apa belum, dan masih banyak lagi. Belum lagi nasehat ibu yang menyuruhku untuk memprioritaskan yang penting dahulu, untuk pandai-pandai membagi waktu dan masih banyak nasehat ibu yang selalu kudengarkan saja tetapi tidak kugubris. Yang ada hanyalah teman sekamarku yang sibuk geleng-geleng kepala melihat aku tidak tidur semalaman mengerjakan tugas yang harus segera dikumpulkan. Padahal sebetulnya tugas itu sudah diberikan sebulan yang lalu, ouw kemana saja akuuu??...

Maka teman kostku sudah tidak heran lagi, bila mendengar suara mesin ketik, pada waktu itu komputer masih menjadi barang mewah, tak tik tuk tak tik tuk menghiasi malam hingga menjelang pagi. Yup, itu pasti aku sedang begadang. Padahal banyak teman sekelasku yang selalu rajin mengingatkan, sudah selesai belum tugasnya? sudah dapat belum referensinya? sudah dikerjakan sampai mana? Seperti biasa aku hanya menenangkan mereka dan mengatakan pasti selesai kalau waktunya dikumpulkan. Aku benar-benar tidak peduli, padahal Benjamin Franklin juga mengatakan  “Don't put off until tomorrow what you can do today.” Yang intinya kita sebaiknya tidak menunda pekerjaan yang bisa diselesaikan hari ini. Tapi tetap saja aku menundanya.

Herannya aku juga selalu bisa mengumpulkan tepat waktu dan mendapatkan nilai yang bagus. Entahlah, ketika saat-saat menjelang deadline, tiba-tiba semua pikiranku terbuka, aku seperti dimudahkan memahami tugas itu dan mengerjakannya dengan lancar. Padahal sudah seminggu aku memikirkannya selalu tidak ada ide dan menemui jalan buntu, tetapi begitu mepet deadline, tiba-tiba saja ada jalan keluar sehingga aku bisa dan selesai mengerjakannya. Beberapa teman mengatakan, aku mengerjakan dengan terburu-buru saja, nilaiku sudah bagus, coba kalau aku mengerjakan jauh-jauh hari sebelumnya pasti aku akan mendapatkan nilai yang lebih sempurna lagi. Mereka tidak tahu, bahwa kalau jauh-jauh hari justru otakku buntu tidak bisa menemukan jawabannya.
Ketika aku kuliah lagi, mengambil program masterku, ternyata penyakitku semakin parah saja. Aku tetap mengerjakan semua tugasku pada saat menjelang deadline dan tentu saja dengan gedubrakan. Padahal aku sudah berumah tangga dan anakku sudah empat hehehe... Aku lupa bahwa banyak hal yang tidak terduga bisa saja terjadi. Apalagi aku sudah berumah tangga. Tetapi bagaimana lagi, aku memang tidak bisa mengerjakan bila belum mendekati waktunya dikumpulkan.
Suatu saat aku pernah mendapat tugas disuruh mencari contoh folktale dan lalu menganalisanya. Tugas itu diberi waktu satu bulan. Selama sebulan aku browsing-browsing dan membaca-baca banyak literatur, tetapi aku tetap tidak juga bisa mengerjakan tugasku. Eh begitu besoknya mau dikumpulkan, ide cemerlang itu langsung datang. Sayangnya tiba-tiba anakku sakit panas. Aku benar-benar kebingungan. Padahal besok hari terakhir mengumpulkan, dan aku harus merawat anakku. Akhirnya dengan terpaksa aku mengerjakannya sambil menggendong anakku, berdiri di depan meja, dengan satu tangan mengetik di laptop, dan tangan satunya menggendong anakku.  Suamiku sampai terheran-heran, koq masih saja aku menunda-nunda pekerjaan, kan jadi susah kalau ada yang sakit atau ada masalah lain. Suamiku, seperti ibuku dulu, juga tidak tahu bahwa ideku baru datang kalau sudah menjelang waktunya deadline.  Memang seringkali aku tidak pernah punya ide mau menulis apa, tetapi begitu malam menjelang deadline langsung ide itu bermunculan. Dan lancar sekali pula aku menuliskannya. Entahlah mengapa demikian..
Kalau sudah deadline, terpaksa menulis dimana saja...

Yang merugikan lagi, aku jadi sering ketinggalan event-event lomba menulis yang penting. Aku memang rajin mengikuti lomba menulis. Tetapi ya begitu deh, aku akan mengerjakannya begitu mepet deadline. Jadi ketika tiba-tiba ada sesuatu masalah terjadi, akhirnya dengan terpaksa aku batal mengikuti event itu. Tak jarang, aku baru mengerjakan satu jam sebelum deadline, kalau tiba-tiba komputer ngadat, jaringan lemot, bisa ditebak aku pasti gagal mengikuti event itu.
Ada teman yang sering mengatakan padaku, bagaimana aku bisa mewujudkan impianku menjadi penulis terkenal bila aku hanya mau menulis bila mood datang saja? Seharusnya sebagai seorang penulis profesional, setiap hari aku harus menulis. Sebaiknya aku meluangkan waktu untuk menulis entah setengah jam atau satu jam agar menulis itu bisa menjadi kebiasaan yang terus kulakukan. Apa yang dikatakan temanku ini memang betul, tetapi kenapa sulit sekali aku melakukannya? 
Kebiasaan jelekku menjadi last minute worker ini memang bisa disebabkan karena aku kurang bisa membagi waktu dengan baik, mungkin manajemen waktuku yang harus diatur ulang sehingga aku tidak perlu menunda-nunda waktu ketika mengerjakan sesuatu. Padahal aku juga sudah mengetahui bahwa waktu adalah pedang, kalau aku tidak bisa mengaturnya dengan baik, maka tentu akan membahayakan diriku sendiri . Imam Syafi'i Rahaimahullah pernah berkata:

الْوَقْتُ كَالسَيْفِ اِنْ لَمْ تَقْطَعهُ قَطَعَكَ
"Waktu itu bagaikan pedang, jikalau kamu tidak bisa menggunakan pedang itu, maka pedang itu sendiri yang akan menghunusmu."

Jadi kita harus bisa mengatur waktu yang kita miliki. Berapa banyak pekerjaan kita, dan berapa besar waktu yang kita punya harus kita atur sebaik-baiknya, agar semua tanggungjawab bisa terpenuhi dan terlaksana.
Hasan Al Banna mengatakan pula bahwa, ”Alwaajibatu Aktsaru minal Auqoot.” Kewajiban yang dibebankan kepada kita itu lebih banyak daripada waktu yang kita miliki. Ketika kita menunda menyelesaikan suatu perkara, itu berarti kita sedang menumpuk-numpuk kewajiban. Semakin kita sering menunda waktu maka semakin banyak timbunan pekerjaan yang harus kita selesaikan, sehingga apabila kita menunda berarti kita hidup dalam tumpukan-tumpukan kewajiban untuk diselesaikan dalam waktu yang lebih sedikit.
Jadi ingat sabda Rasulullah yang berkaitan dengan pentingnya mempersegerakan suatu urusan “Bersegeralah melakukan perbuatan baik, karena akan terjadi fitnah laksana sepotong malam yang gelap.” (HR. Muslim). ” Juga Ibnu umar yang mengatakan “Bila engkau berada di sore hari, maka jangan menunggu datangnya pagi, dan bila engkau di pagi hari, maka janganlah menunggu datangnya sore.” Manfaatkan waktu sehatmu sebelum sakitmu, dan waktu hidupmu sebelum matimu. Kurang apalagi coba, begitu banyak peringatan itu, tetapi masih susah bagiku untuk menghilangkan kebiasaan buruk ini huhuhu...
Aku jadi teringat lagu RAIHAN, sebuah kelompok nasyid, yang berjudul Demi Masa, yang liriknya sebagai berikut :
Ingat lima perkara sebelum lima perkara
Sehat sebelum sakit
Muda sebelum tua
Kaya sebelum miskin
Lapang sebelum sempit
Hidup sebelum mati
Maka dari semua penjelasanku diatas, ada beberapa kesimpulan yang bisa diambil dan harus kujadikan tekad agar aku tidak lagi menjadi last minut worker:
1.      Jangan menunda-nunda pekerjaan
2.      Jangan membuang waktu percuma
3.      Aturlah jadwalmu dan patuhilah
4.      Buatlah skala prioritas mana yang harus didahulukan mengerjakannya
5.      Usahakan fokus ketika mengerjakan sesuatu hal sehingga kita memahaminya dan bisa menyelesaikannya dengan baik, tidak perlu menunggu mood datang.
Semoga semua pengalaman yang sudah kuceritakan itu, bisa menjadikanku introspeksi dan menjadikan ke depannya lebih baik lagi. Aku tahu bila ingin menjadi penulis yang hebat, aku harus siap menulis kapan saja, tidak perlu menunggu waktu deadline atau menunggu mood datang. Selamat tinggal deadliner, good bye last minute worker. Semoga tekadku dan azzamku yang kuat ini, bisa mengubah kebiasaan jelekku ini...




Read More