"CERITAKU BERSAMA WSDK"
Aku yang terbiasa bergantung kepada suamiku, pergi kemana-mana selalu diantar jemput, sempat shock ketika akhirnya suami jatuh sakit. Aku harus handle semuanya sendiri.
Apalagi ketika kemudian suami meninggal, aku semakin menyadari bahwa aku harus mandiri. Ada anak-anak yang membutuhkan aku. Lalu aku berpikir bahwa aku harus mempunyai kepandaian dalam hal bela diri, karena kini aku harus kemana-mana sendiri, tidak ada lagi suami yang mendampingi.
Alhamdulillah aku bertemu sahabat yang memperkenalkan aku kepada WSDK. Beliau adalah mbak Dini, yang aku kenal di komunitas single mom. Ketika itu mbak Dini berkesempatan memperkenalkan WSDK di komunitas Single Mom tersebut. Aku terpesona melihat teknik dan gerakannya. Sepertinya cukup mudah untuk dipelajari.
Membaca tagline WSDK pertama kali aku sungguh termotivasi :
"Lembut bukan berarti lemah. Didalam kelembutan tersimpan kekuatan"
Akhirnya aku memutuskan untuk bergabung dengan WSDK ini. Tempat latihan atau Dojo yang berada di Surabaya tidak menghalangi semangatku untuk rajin berlatih.
WSDK adalah kependekan dari Woman Self Defense of Koporyu. Bela diri ini pertama kali didirikan pada tahun 2006 di Kopo, Bandung, Jawa Barat. Pendirinya adalah almarhum Abah Sofyan Hambally seorang ahli bela diri yang saat itu resah akan banyaknya kejahatan pada perempuan. Beliau ingin menguatkan para perempuan dengan bela diri praktis.
Banyak sekali kegiatan yang dilakukan oleh WSDK melalui pelatihan, workshop sampai senam. Aku seperti menemukan saudara baru di WSDK ini. Ada Kak Dini, kak Wike, kak Ida, Kak Roy, kak Mamo dan masih banyak lagi saudara baruku. Aku merasa tidak lagi sendiri, merasa ada yang selalu menemani dan membuatku merasa optimis menjalani hari-hari sebagai single mom.
Aku tidak lagi takut kalau harus kemana-mana sendirian. Apalagi dua anakku bersekolah di pesantren di luar kota, membuatku harus sering bepergian untuk menengok. Belum lagi kegiatan liputanku sebagai seorang blogger juga membuatku harus sering mobile kemana-mana. Terkadang harus pulang larut malam, naik kendaraan umum, sendirian pula. Aku harus selalu waspada dan berhati-hati. Alhamdulillah dengan bergabung di WSDK ini aku tidak lagi khawatir, karena insyaallah aku mempunyai bekal yang cukup apabila harus menghadapi kemungkinan buruk.
Aku mempelajari banyak teknik bela diri bagaimana harus menghadapi kejahatan yang mungkin menyerang kita. Teknik yang diajarkan diadopsi dari Karate dan Ju-Jitsu. Gerakannya banyak dimodifikasi, salah satunya dengan memanfaatkan benda sehari-hari yang biasa kita bawa. Misalnya seperti alat tulis, kartu ATM, tisu, cermin dan lain-lain. Juga diajarkan teknik-teknik bela diri dengan cara mengetahui titik lemah lawan. Sehingga mudah bagi kita untuk mempelajari kelemahan lawan.
Tahun kemarin anakku yang nomer dua divonis terkena penyakit kanker pankreas dan harus menjalani kemoterapi. Sayangnya jadwal antrian di rumah sakit di Surabaya sungguh panjang sekali. Akhirnya anakku dirujuk untuk menjalani kemoterapi di Rumah Sakit Saiful Anwar di Malang.
Kemoterapinya harus dilaksanakan setiap tiga minggu sekali, sehingga aku harus mondar mandir dari Lamongan ke Malang setiap tiga minggu. Untuk cepat mendapatkan nomer antrian tak jarang aku harus berangkat malam dari rumah. Terkadang anakku khawatir dan was-was karena kami harus berangkat malam-malam ke terminal. Tetapi aku selalu meyakinkan kepada anakku insyaAllah perjalanan akan aman. Misalnya apabila apes ada kejahatan insyaAllah aku siap menghadapinya. Bagaimanapun ketabahan, kekuatan dan keberanianku ini aku dapatkan dari WSDK. Aku bersyukur sekali bisa menjadi bagian dari WSDK ini.
Bulan Mei ini WSDK genap berumur 18 tahun. MasyaAllah Tabarakallah usia yang cukup matang untuk sebuah organisasi bela diri. Semoga WSDK semakin jaya dan semakin bermanfaat untuk para perempuan. Dan Semoga perempuan-perempuan Indonesia semakin menyadari pentingnya bela diri bagi mereka. Sehingga korban kejahatan yang menyerang perempuan semakin berkurang.
Happy Anniversary WSDK, terima kasih sudah menguatkanku!