REVIEW BUKU SUNSET DAN ROSIE

Minggu, 27 September 2020


Aku harus menyibukkan diri. Membunuh dengan tega setiap kali kerinduan itu muncul. Ya Tuhan, berat sekali melakukannya…. Sungguh berat, karena itu berarti aku harus menikam hatiku setiap detik.

Aku tahu apa artinya sebuah kesedihan, aku pernah mengalaminya. Percuma berdiri di sini sepanjang hari, sepanjang tahun, tidak akan membantu selain waktu. Tetapi agar waktu berbaik hati, kita juga harus berbaik hati kepadanya, dengan menyibukkan diri. Sendiri hanya megundang rasa sesal. Sepi haya mengundang lipatan-lipatan kesedihan lainnya. Apalagi berada di pemakaman ini

Aku bisa mengukir wajahnya di langit-langit kamar. Menatap wajahnya di bening bak air mandi. Di piring kosong. Apa yang bisa kulakukan? Hingga kapan semua ini akan berakhir. Hingga kapan aku bisa melupakannya. Berdamai. Hanya ketika pagi datang, sedikit perasaan lega mengisi sepotong hatiku. Hanya ketika pagi datang, semua sedikit terasa lebih indah. Sedikit saja, tetapi itu menyenangkan. Bagiku waktu selalu pagi. Di antara potongan dua puluh empat jam sehari, bagiku pagi adalah waktu paling indah. Ketika janji-janji baru muncul seiring embun mengggelayut di ujung dedaunan. Ketika harapan-harapan baru merekah bersama kabut yang mengambang di persawahan hingga nun jauh di kaki pegunungan. Pagi, berarti satu hari yang melelahkan telah terlampaui lagi.

Itu adalah cuplikan kata-kata di buku Sunset dan Rosie karya Tere Liye. Salah satu buku favoritku diantara puluhan tulisan Tere Liye. Dan seperti buku Tete Liye yang lain maka aku juga menyelesaikan membacanya dalam sekali duduk. Akan kulanjutkan membaca terus sampai selesai. Bahkan sampai aku tidak tidur karenanya hihihi karena selalu pinisirin endingnya gaess..

Aku pernah bertemu Tere Liye waktu pelatihan menulis buku bersama Diva Press di Yogyakarta, lalu aku protes tentang ending Novel ini. Tere cuma tersenyum dan bilang terserah dia yang nulis kan dia huh lalu aku bilang aku mau bikin fan fictionnya dan kuberi judul Sunrise bersama Sekar. Tere Liye sampai terbahak-bahak. Ya aku memang gemes dengan ending novel ini. Tapi bisa apa akuuuhh..

Adalah Tegar yang mencintai Rosie. Memuja Rosie selama dua puluh tahun sejak Rosie masih dikepang rambutnya. Di suatu saat dia ingin menyatakan cintanya kepada Rosie di puncak Rinjani. Sayangnya ketika itu dia mengajak Nathan temannya. Tak disangka tak diduga ternyata justru Nathan mendahuluinya menyatakan cintanya kepada Rosie.  Hancur lebur hati Tegar, rasa cinta yang dia simpan selama dua puluh tahun terasa sia-sia kalah dengan Nathan yang baru dua bulan mengenal Rosie. 

Lalu Tegar memutuskan pergi dari kehidupan mereka  berdua. Tegar pergi ke Jakarta. Selama lima tahun memamg dia bisa terbebas tidak bertemu Rosie,  walaupun kenyatannya kerinduannya terhadap Rosie tetap  tak terganti. Alhamdulillah ternyata Rosie yang akhirnya menikah dengan Nathan bisa menemukan jejak Tegar dan lalu mereka mengunjungi Tegar di apartemennya. Tegar yang sempat enggan bertemu mereka akhirnya luluh karena anak Rosie dan Nathan yang lucu-lucu. 

Sejak saat itulah Tegar bersahabat dengan mereka. Hingga disuatu hari bertepatan dengan hari ulang tahun pernikahan Rosie dan Nathan yang ke-13, mereka ingin Tegar ikut menyaksikannya lewat video call. Mereka berada di Bali dan Tegar di Jakarta. Tak disangka ketika itu pula terjadi ledakan bom di restoran tempat mereka merayakan. Ledakannya sangat dhasyat membuat Tegar kebingungan karena dia melihat lewat video call itu bagaimana kejadiannya. Karena tidak bisa mengontak mereka, Tegar memutuskan berangkat ke Bali. Untunglah dia masih mendapatkan tiket pesawatnya. Begitu paniknya hingga Tegar mengorbankan janji pertunangannya dengan Sekar yang akan digelar keesokan harinya. Tegar memilih mengutamakan Rosie. 

Dalam peristiwa ledakan itu Nathan tewas meninggalkan Rosie dan keempat anaknya. Rosie yang tidak siap menerima kenyataan ditinggal oleh Nathan akhirnya sampai depresi dan harus dirawat di tempat rehabilitasi. Tegar tak tega meninggalkan keempat anak Rosie yang masih kecil2 akhirnya memutuskan meninggalkan Jakarta dan menetap di Lombok untuk mengelola resort milik Rosie. Janji Tegar kepada Sekar yang hanya dua hari saja pergi ke Bali molor menjadi dua bulan dan bahkan dua tahun. Apa kabar Sekar dengan penantiannya?

Bagaimanakah akhirnya ending dari cerita ini? Apakah Tegar akan menikah dengan Sekar yang selama ini telah menjadi pelipur lara dirinya? yang telah membantu Tegar melupakan Rosie walaupun Sekar yakin di hati Tegar tetaplah Rosie tak akan terganti. Atau apakah Tegar akan menikahi Rosie, wanita pujaan hati yang selama ini dia cintai dan dia impikan? Bukankah sudah dua tahun Tegar merawat anak-anak mereka ketika Rosie depresi, tentu Tegar sudah sangat pantas menjadi ayah bagi keempat anak-anak itu. Tetapi bukankah Mawar tak bisa tumbuh pada tegarnya karang?

Dua puluh tahun kelak, aku pasti menyesali telah melakukan ini, Tegar. tetapi, dua puluh tahun kelak juga, aku pasti lebih menyesalinya jika tidak melakukannya.” Sekar menahan tangis, tubuhnya bergetar, satu tangannya yang lain meraih lenganku, menatapku, “Menikahlah dengan Rosie, Tegar. Menikahlah. Pagi ini aku paham, aku mengerti, kalian ditakdirkan bersama sejak kecil. Aku sungguh akan belajar bahagia menerimanya, dan itu akan lebih mudah dengan pemahaman yang baru. Aku akan baik-baik saja. Menikahlah!

Selamat menikmati Novel ini. Alur yang penuh dengan flash back justru membuat Novel ini semakin seru. Setting lokasi di Gili Trawangan lombok semakin menambah indah imaginasi kita. Sungguh sebetulnya aku tidak sabar menunggu novel ini difilmkan. Semoga yaa..


Posting Komentar

Tengkyu udah blog walking here and nyempetin comment yaa...


Hakuna Matata
@trianadewi_td