Kupandangi SK CPNSku itu, Allah, dimana Lamongan? Aku belum pernah
sekalipun menjejakkan kakiku di situ! Jauhkah? dekatkah? Nyamankah?
Suburkah? Indahkah? Bertubi-tubi pertanyaan itu muncul di benakku. Tapi
ini surat tugas yang kutunggu-tunggu selama hampir dua tahun. Ya belum
tentu setiap orang bernasib baik seperti aku, mendapatkan beasiswa
ikatan dinas. Begitu lulus aku langsung diangkat menjadi pegawai negeri,
tanpa tes dan tentu tanpa uang pelicinlah.
Kubulatkan tekadku, bangkitlah Dew, pulau juang sudah menunggumu! Kemana hilangnya semangatku kemarin? Bahwa bumi Allah itu dimana-mana sama? Kemana hilangnya idealisku bahwa mencerdaskan kehidupan bangsa itu bisa dimana saja? Hanya gara-gara kota tempatku bertugas harus di Lamongan? Mungkin lain ceritanya bila disitu tertulis Jakarta atau Surabaya atau Malang atau setidaknya Madiunlah, kota yang sudah aku kenal sebelumnya? Tapi disini tertulis Lamongan? Negeri antah berantah mana pula ini?
“Bersihkan niatmu, sayang! Ayo kita beli Peta di gramedia, biar besok nggak tersesat mencari sekolah barumu!” tiba-tiba suamiku memelukku dari belakang. Ya pasti suamiku merasakan kegalauanku sejak tadi. Karena tak dilihatnya senyumku sama sekali usai menerima SK itu.
Keesokan harinya berbekal peta yang kubeli di toko buku itu, aku berangkat menuju pulau juangku, Lamongan, I am coming! Setelah berputar-putar mencari, akhirnya kutemukan juga sekolahku, sekolah yang benar-benar “mewah” di tengah sawah, dengan fasilitas nyaris seadanya dan sedikit kumuh, lalat yang berterbangan menyambutku, juga murid-murid desa yang dekil dan berseragam sederhana yang kujumpai keberadaannya. Terbayang sekolahku di kota tempatku mengajar sebelumnya yang berkeramik rapi, full AC, murid-murid yang cantik dan ganteng yang bersih dan rapi, fasilitas yang lengkap. Oh My God, bisakah aku menjalani hari-hariku disini?
Dua belas tahun kemudian, di sekolah yang sama…..
“Doakan kami bisa mencapai cita-cita kami ya Bu?”
“Kami pasti akan merindukan Bu Dewi!”
“Terima kasih atas semua jasa Ibu telah membimbing kami”
"Saya masih boleh kan main pinjam bukunya, Bu?" I will Miss you, Mom!"
Air mataku meleleh memeluk satu persatu muridku, mereka akan meninggalkan sekolah kami karena sudah dinyatakan lulus Ujian Nasional. Sudah dua belas tahun aku mengajar di sekolah ini. Tekad yang kuat untuk mencerdaskan kehidupan bangsa membuatku semangat dan menikmati mengajarku. Life is wonderful bila kita bisa menikmati dan mengisinya dengan kegiatan yang indah dan menyenangkan. Kurangnya fasilitas dan kesederhanaan yang ada tak pernah menyurutkan niatku untuk terus berkarya mendidik para generasi muda bangsa.
.
Kubulatkan tekadku, bangkitlah Dew, pulau juang sudah menunggumu! Kemana hilangnya semangatku kemarin? Bahwa bumi Allah itu dimana-mana sama? Kemana hilangnya idealisku bahwa mencerdaskan kehidupan bangsa itu bisa dimana saja? Hanya gara-gara kota tempatku bertugas harus di Lamongan? Mungkin lain ceritanya bila disitu tertulis Jakarta atau Surabaya atau Malang atau setidaknya Madiunlah, kota yang sudah aku kenal sebelumnya? Tapi disini tertulis Lamongan? Negeri antah berantah mana pula ini?
“Bersihkan niatmu, sayang! Ayo kita beli Peta di gramedia, biar besok nggak tersesat mencari sekolah barumu!” tiba-tiba suamiku memelukku dari belakang. Ya pasti suamiku merasakan kegalauanku sejak tadi. Karena tak dilihatnya senyumku sama sekali usai menerima SK itu.
Keesokan harinya berbekal peta yang kubeli di toko buku itu, aku berangkat menuju pulau juangku, Lamongan, I am coming! Setelah berputar-putar mencari, akhirnya kutemukan juga sekolahku, sekolah yang benar-benar “mewah” di tengah sawah, dengan fasilitas nyaris seadanya dan sedikit kumuh, lalat yang berterbangan menyambutku, juga murid-murid desa yang dekil dan berseragam sederhana yang kujumpai keberadaannya. Terbayang sekolahku di kota tempatku mengajar sebelumnya yang berkeramik rapi, full AC, murid-murid yang cantik dan ganteng yang bersih dan rapi, fasilitas yang lengkap. Oh My God, bisakah aku menjalani hari-hariku disini?
Dua belas tahun kemudian, di sekolah yang sama…..
“Doakan kami bisa mencapai cita-cita kami ya Bu?”
“Kami pasti akan merindukan Bu Dewi!”
“Terima kasih atas semua jasa Ibu telah membimbing kami”
"Saya masih boleh kan main pinjam bukunya, Bu?" I will Miss you, Mom!"
Air mataku meleleh memeluk satu persatu muridku, mereka akan meninggalkan sekolah kami karena sudah dinyatakan lulus Ujian Nasional. Sudah dua belas tahun aku mengajar di sekolah ini. Tekad yang kuat untuk mencerdaskan kehidupan bangsa membuatku semangat dan menikmati mengajarku. Life is wonderful bila kita bisa menikmati dan mengisinya dengan kegiatan yang indah dan menyenangkan. Kurangnya fasilitas dan kesederhanaan yang ada tak pernah menyurutkan niatku untuk terus berkarya mendidik para generasi muda bangsa.