Aku tidak tahu sejak
kapan ingin menjadi penulis. Tetapi sejak kecil, ketika masih SD dan aku suka
membaca Lima Sekawan, aku selalu membayangkan menjadi Enid Blyton. Boro-boro
membayangkan menjadi George atau Georgina yang tomboy atau menjadi si bungsu
Anne, (apalagi jadi Timmy anjingnya gaakkk pernaahh…) aku justru ingin menjadi
Enid Blyton yang bisa menciptakan cerita-cerita yang seru, mengambarkan tempat-tempat
yang asyik dan makanan yang lezat-lezat. Pun ketika membaca Trio Detektif, aku
tidak ingin menjadi Jupiter, Bob maupun Pete, aku justru ingin menjadi Alfred
Hitchcock yang bisa menciptakan misteri-misteri yang seru beserta penyelesaian
yang menakjubkan, padahal belakangan aku baru tahu ternyata bukan Alfred yang
menulis cerita itu huhuhu..
Dan begitulah, akhirnya aku selalu menghayal menjadi
Hilman ketika seri Lupus begitu lucunya, penasaran pengen tahu siapa yang
membuat cerita Bobo, Paman Kikuk dan Nirmala juga membayangkan menjadi Zara
Zettira, Agatha Christie, Helvy Tiana Rosa, Andrea Hirata dan tentu saja sekarang
berkhayal menjadi Tere Liye hahaha.... Aku selalu membayangkan menjadi penulis
dan menulis kisah-kisah yang seru. Padahal apakah aku kemudian rajin menulis
sebuah cerita? Hahaha ternyata tidak. Aku cuma pengen menjadi penulis tetapi do
nothing. Maksudnya aku juga tidak berusaha menulis cerpen, tidak berusaha
menghasilkan karya hehehe tetapi aku rajin menulis diary ketika itu, rajin
berkirim surat kemana-mana menceritakan semuanya ke dalam surat, menceritakan
kepada teman-temanku dan sahabat penaku apa saja yang ingin kuceritakan. Oya
Bapakku adalah seorang TNI-AU, jadi aku sering berganti teman dan sahabat
karena Bapak kami yang harus berpindah tugas. So, aku sering menulis surat
kepada teman-teman lamaku. Itu saja yang rajin kulakukan. Menulis surat juga
sebuah aktifitas menulis bukan? Hehehe..
Ketika SD aku sudah akrab dengan mesin ketik, tetapi aku
justru lebih suka mengetik syair lagu-lagu yang ada di Selecta Pop atau Aneka
Ria Safari hahaha… aku pernah sekali dua kali ingin menulis cerita dan
mengirimkannya ke majalah Bobo, tetapi itu toh pada akhirnya tidak pernah
kulakukan. Berbicara soal mesin ketik, aku selalu ingat janji palsuku. Dulu aku
menghayal pengen punya mesin ketik, ketika akhirnya punya, aku tetap tidak
menulis. Kemudian aku berkhayal ingin punya komputer, pada akhirnya ketika
punya, juga cuma kupakai haha hihi saja. Ketika masih punya mesin ketik, aku
membayangkan kalau punya komputer pasti lebih menyenangkan dan nyaman buat
menulis. Tetapi ketika akhirnya aku punya komputer, aku juga tidak rajin
menulis. Kemudian aku membayangkan, seandainya punya laptop pasti lebih
menyenangkan lagi buat menulis, aku bisa menulis dimana saja, ternyataaaa
ketika aku sudah punya laptop, aku juga tidak menulis dengan teratur huhuhu justru
cuma sibuk online sana sini hihihi.. trus kapan aku mau menulis? Sampai
akhirnya ada tablet, yang sangat ringan, bener-bener portable, tetapi ternyata
aku belum juga rajin menulis huhuhu..
So saat ini ceritanya aku sedang memaksa diriku menjadi
penulis. Aku bergabung dengan banyak group menulis di facebook, agar bisa
belajar menulis dari para penulis yang hebat, mempelajari ilmu yang mereka
sharing, dan bisa memaksaku mulai menulis. Eh termasuk salah satu caranya mengaktifkan blog
ini hehehe.. biar aku mau menulis. Oya sebetulnya jejaring sosial lah yang
membuatku semakin ingin menjadi penulis. Pertama berkenalan dengan Facebook,
aku bisa mengetahui banyak penulis terkenal, mengikuti aktifitas menulis mereka
dan mengikuti banyak lomba menulis. Terus terang facebook lah yang kemudian
mewujudkan mimpiku sehingga aku bisa punya buku yang berisi tulisanku. Sekarang
aku baru mempunyai 14 antologi, dan aku bertekad ingin mempunyai buku solo amin
amin amin…
Jadi, apa kesimpulan tulisan ini, entahlah hahahaa…aku cuma
ingin meyakinkan kalian bahwa aku benar-benar ingin menjadi penulis dan
menghasilkan banyak karya. Menulislah dan kita akan abadi. Walaupun kita telah
tiada, tetapi tulisan kita akan tetap dibaca.