PULANGLAH KE RUMAHMU, WAHAI IBU!

Jumat, 08 Januari 2016





1.      MULIANYA SEORANG IBU

Pada sebuah acara reuni, seseorang bertanya tentang pekerjaan kepada temannya yang dulu adalah aktifis di kampus. Dan yang bertanya pun terkejut ketika sang aktifis itu ternyata sekarang di rumah saja, tidak bekerja. Padahal sang aktifis dulu dikenal sebagai mahasiswi yang smart, aktif dan lulus dengan cumlaude pula. Sangat disayangkan, pikirnya, bila semua potensinya itu tidak dikembangkan dan dia hanya menjadi seorang ibu rumah tangga saja.
Itulah fenomena yang terjadi saat ini. Banyak wanita malu ketika harus di rumah, banyak wanita memilih bekerja di luar rumah, mencari identitas diri, daripada hanya menjadi ibu rumah tangga. Mereka lupa bahwa  Al-ummu madrosatul ula’, iza a’dadtaha a’dadta sya’ban thayyibal a’raq. Yang artinya, ibu adalah sekolah utama, bila ibu mempersiapkan anak-anaknya dengan sungguh-sungguh, maka sesungguhnya ibu telah mempersiapkan generasi terbaik.
Para wanita masa kini tidak menyadari betapa penting peran mereka dalam keluarga. Dengan ibu lah anak-anak memiliki ikatan batin selama dalam kandungan, dan ikatan itu semakin dekat ketika terjadi proses menyusui. Anak-anak memerlukan ibu mereka sebagai pendidik utama, mendampingi perjalanan hidup mereka. Sayangnya saat ini banyak pemahaman yang salah yang membuat ibu lebih senang meniti karir di luar rumah dan menyerahkan pengasuhan dan pendidikan anak mereka kepada pembantu. Pengaruh modernisasi dan gerakan feminisme ini sudah sedemikian maraknya sehingga ibu bekerja menjadi hal yang lazim. Sangat disayangkan sekali.
Padahal tugas ibu tidaklah mudah.  Allah SWT sudah menyiapkan pahala besar bagi seorang Ibu yang tetap di rumah dan berhasil mendidik anak-anaknya dengan baik. Seperti tersebut dalam surat Al Ahzab ayat 33 :Dan hendaklah kamu tetap tinggal di rumah-rumah kalian dan janganlah kalian berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang jahiliyah yang dahulu. Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan taatilah Allah dan Rasul-Nya. Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, wahai ahlul bait, dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya.” Juga diriwayatkan dari Anas bin Malik :
Seorang wanita datang menemui Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam kemudian berkata: “Wahai Rasulullah, laki-laki memiliki keutamaan dan mereka juga berjihad di jalan Allah. Apakah bagi kami kaum wanita bisa mendapatkan amalan orang yang jihad di jalan Allah? Rasulullah bersabda : “ Brangsiapa di antara kalian yang tinggal di rumahnya  maka dia mendapatkan pahala mujahid di jalan Allah.” (Lihat Tafsir Al Qur’an Al ‘Adzim surat Al Ahzab 33)

Dalam Islam, menjadi seorang perempuan adalah keistimewaan. Tidak ada makhluk yang diistimewakan sedemikian rupa seperti Islam memuliakan wanita. Misalnya : Surga di bawah telapak kaki ibu, restu Allah bersama restu ibu, bahkan jika kita mendidik laki-laki diibaratkan hanya mendidik satu individu, kita justru disebut mendidik satu generasi jika mendidik anak perempuan. Subhanallah.



2.      PERAN PENTING IBU


            Ada banyak hal yang bisa kita lakukan untuk menjadi ibu yang hebat, walaupun kita hanya di rumah saja. Yang paling penting yang harus kita ajarkan kepada anak-anak kita adalah pemahaman agama. Pemahaman agama yang baik akan menciptakan anak-anak yang siap menghadapi tantangan zaman. Dengan semakin pesatnya perkembangan jaman, semakin majunya teknologi, maka semakin komplekslah permasalahan yang harus dihadapi anak-anak kita. Ajarilah anak kita agar menjadi anak yang shalih sebab  anak yang shalih adalah investasi bagi kedua orangtuanya. Allah SWT berfirman dalam Al-Quran “ Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka, yang bahan bakarnya dalah manusia dan batu, penjaganya malaikat yang kasar, keras, lagi tidak mendurhakai Allah terhadap apa  yang diperintahkanNya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan” (At-Tahrim: 6)
 Berilah contoh dan perilaku yang baik dalam keluarga, karena keluarga adalah orang yang pertama kali akan terlibat dan berhubungan langsung dengan perjalanan hidup anak. Disinilah peran Ibu sangat dibutuhkan.  Ajarilah anak kita tentang berbagai hal yang positif untuk bekalnya hidupnya berikan pemahaman dan pengetahuan yang cukup tentang perilaku, tata krama, perasaan, serta ajarkan padanya bagaimana menghadapi pengaruh lingkungan di luar sana yang terkadang berbeda dengan yang dia alami di rumah.
            Ungkapan bijak Dorothy Law Nolte dalam syair Children Learn What They Live berikut bisa dijadikan sebagai bahan perenungan,

Jika anak dibesarkan dengan celaan, dia belajar memaki
Jika anak dibesarkan dengan permusuhan/kekerasan, dia belajar membenci
Jika anak dibesarkan dengan cemoohan, dia belajar rendah diri 
 Jika anak dibesarkan dengan hinaan, dia belajar menyesali diri
Jika anak dibesarkan dengan toleransi, dia belajar menahan diri
Jika anak dibesarkan dengan pujian, dia belajar menghargai
Jika anak dibesarkan dengan dorongan, dia belajar percaya diri
Jika anak dibesarkan dengan sebaik-baiknya perlakuan, dia belajar keadilan
Jika anak dibesarkan dengan rasa aman, dia belajar menaruh kepercayaan
Jika anak dibesarkan dengan dukungan, dia belajar menyenangi dirinya
Jika anak dibesarkan dengan kasih sayang dan persahabatan, dia pun belajar menemukan cinta dalam kehidupan

Jangan sampai terlambat dalam mendidik anak, sehingga orang lain atau lingkungan yang akan membentuknya. Oleh karena itu sangatlah penting keberadaan ibu di rumah untuk merawat dan mendidik anak-anak.
            Bahkan sejak anak masih dalam kandungan, kita sudah bisa mendidiknya,  yaitu diantaranya dengan :
-          Membacakan Al-Qur'an.
Dengan memperdengarkan tilawati Al-Qur'an, kita optimalkan fungsi pendengaran janin kita untuk terbiasa mendengarkan lantunan ayat suci agar ketika memasuki usia belajar mudah bagi mereka untuk menghafal Al Qur’an .
-          Membacakan Doa.
Kita doakan agar anak kita menjadi anak sholeh dan sholehah yang taat kepada perintah Allah SWT dan patuh kepada kita, orang tuanya. Doa Nabi Zakariya yaitu yang tercantum dalam Al-Qur'an surat Ali Imran : 38 yang artinya :"Ya Tuhanku, berilah aku dari sisi Engkau seorang anak yang baik. Sesungguhnya Engkau Maha Pendengar Doa.
-          Mengajak Berbicara.
Ajaklah janin berbicara dengan mengelus-elus peut terutama saat organ pendengaran mulai berfungsi baik. Biasakan bercerita apa saja kepada janin kita seolah-olah janin kita paham. Beritahu janin kita ketika kita sedang berwudhu, mau sholat dll agar janin tahu kebiasan baik yang kita lakukan
-          Menjaga Perilaku. Menjaga perilaku sangat penting ketika masa kehamilan. Karena akhlak orang tua sangat berpengaruh terhadap akhlak anak-anaknya kelak, terutama ibu hamil. Sebab orang tua memegang peranan yang penting dalam menanamkan perilaku dan adab serta akhlak yang baik kepada anak-anaknya

Ketika anak-anak sudah mulai besar, ajarkan kepada anak kalimat tauhid, yaitu “Laila ha illallah” dan ajarkan pula kepadanya kalimah “Muhammad Rasullullah.” Rasullullah SAW bersabda: “Bukalah lidah anak-anak kalian pertama kali dengan kalimat “Lailaha-illaallah”. Dan saat mereka hendak meninggal dunia maka bacakanlah, “Lailaha-illallah”.Camkan pada diri mereka tentang kalimat tauhid yang harus ada dalam dada mereka agar mereka senantiasa dalam nikmat iman dan islam.
Kemudian ajarkan mereka sholat. Kita bisa mengajarkan sholat sejak anak-anak masih kecil, mengenalkan mereka saat-saat waktu sholat tiba dan mengajak mereka sholat. Walaupun anak kecil belum diwajibkan mengerjakan sholat hingga ia besar atau baligh, namun orang tua wajib memerintahkan anaknya untuk mengerjakan sholat ketika telah mencapai usia tujuh tahun. Dan menghukumnya bila ia meninggalkan sholat ketika berusia sepuluh tahun, sebagaimana sabda Rasululloh : “Perintahkanlah anak-anak kalian untuk mengerjakan sholat ketika mereka telah berusia tujuh tahun dan pukullah mereka bila meninggalkan sholat pada saat mereka telah berusia sepuluh tahun. Dan pisahkan tempat tidur mereka” (Shohih Sunan Abu Dawud, 466 dan Ahmad, 6467). Imam As Syaukani rahimahullohu berkata, “Hadits ini menunjukkan wajib memerintahkan anak untuk mengerjakan sholat bila mereka telah mencapai usia tujuh tahun dan mereka dipukul (dihukum) bila tidak mau mengerjakan pada usia sepuluh tahun.” Sehingga menjadi hal yang wajib bagi setiap orang tua untuk memerintahkan anaknya mengerjakan sholat, dan ini aka dipertanggung jawabkan kepada Allah SWT.
Betapa indahnya ajaran islam tentang mendidik anak kita. Sebagai ibu kita bertanggung jawab atas pendidikan mereka. oleh karena itu janganlah tugas yang mulia ini kita berikan kepada orang lain. Pulanglah ke rumahmu, wahai Ibu! Jangan kau tinggalkan anakmu ditangan pembantu. Seperti penjelasan Imam AliZainal Abidin radiyallahu’anhu dalam kitab Risatul Huquq: “Adapun hak anakmu adalah, ketahuilah bahwa ia berasal darimu. Dan segala kebaikan dan keburukannya di dunia, dinisbatkan kepadamu. Engkau bertanggung jawab untuk mendidiknya, membimbingnya menuju Allah dan membantunya untuk menaati perintah-Nya.
Jika kini atau suatu saat nanti kau jadi ibu, Jadilah seperti Nuwair binti Malik (Radhiyallahu 'Anha) yang berhasil menumbuhkan kepercayaan diri dan mengembangkan potensi anaknya. Saat itu sang anak masih remaja. Usianya baru 13 tahun. Ia datang membawa pedang yang panjangnya melebihi panjang tubuhnya, untuk ikut perang badar. Rasulullah (Shallallahu 'Alayhi wa'ala-Aalihi wa-Sallam) tidak mengabulkan keinginan remaja itu. Ia kembali kepada ibunya dengan hati sedih. Namun sang ibu mampu meyakinkannya untuk bisa berbakti kepada Islam dan melayani Rasulullah (Shallallahu 'Alayhi wa'ala-Aalihi wa-Sallam) dengan potensinya yang lain. Tak lama kemudian ia diterima Rasulullah (Shallallahu 'Alayhi wa'ala-Aalihi wa-Sallam) karena kecerdasannya, kepandaiannya menulis dan menghafal Qur’an. Beberapa tahun berikutnya, ia terkenal sebagai sekretaris pencatat wahyu. Karena ibu, namanya akrab di telinga kita ,Zaid bin Tsabit (Radhiyallahu'Anhu).

           Jika suatu saat nanti kau jadi ibu, Jadilah ibu yang menyemangati anaknya untuk menggapai cita-cita. Seperti ibunya 'Abdurrahman. Sejak kecil ia menanamkan cita-cita ke dalam dada anaknya untuk menjadi Imam Masjidil Haram, dan ia pula yang menyemangati anaknya untuk mencapai cita-cita itu.“Wahai Abdurrahman, sungguh-sungguhlah menghafal Kitabullah, kamu adalah Imam Masjidil Haram”, katanya memotivasi sang anak. “Wahai Abdurrahman, sungguh-sungguhlah, kamu adalah imam Masjidil Haram”, Sang Ibu tak bosan-bosannya mengingatkan. Hingga akhirnya 'Abdurrahman benar-benar menjadi Imam Masjidil Haram dan termasuk deretan Ulama berkelas dunia yang disegani. Kita pasti sering mendengar Murattal-nya diputar di Indonesia, karena setelah menjadi ulama, anak itu terkenal dengan nama: Abdurrahman As-Sudais (Hafizhahullahu ta'ala).

Maasyaa'aAllaah...
Rabbanaa hablanaa min azwaajinaa wa min-dzuriyyatinaa Qurrata a'yun waj-'alnaa lil-Muttaqiinaa Imaamaa.
Semoga kita bisa menjadi ibu dambaan umat yang siap mengasilkan generasi-generasi Rabbani terbaik. Wallahualam bishowab.
Dari berbagai Sumber 

Tulisan ini dmuat disini lhooo..

Read More

MENINGKATKAN PERAN KOMNAS KIPI DALAM MENGGALAKKAN IMUNISASI

Minggu, 29 November 2015


Komite Nasional KIPI adalah komite khusus yang bertugas mengurus efek samping dari imunisasi atau Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI). Tugas Komite ini adalah mengawasi, memantau dan berusaha menanggulangi apabila terjadi efek samping pasca imunisasi dan juga membuktikan apakah penyebabnya adalah  vaksin tersebut atau bukan.  Imunisasi sebetulnya adalah cara pencegahan penyakit yang paling efektif pada anak. Hampir 200 negara di seluruh dunia  yakin  bahwa  imunisasi  sangat  bermanfaat  mencegah  wabah  penyakit  dan  kematian. Melalui  imunisasi,  tubuh  diperkenalkan  dengan  bakteri  atau  virus  tertentu  yang  sudah dilemahkan atau dimatikan. Hal ini bertujuan untuk merangsang system imun agar membentuk antibodi. Antibodi inilah yang akan melindungi tubuh dari serangan penyakit. Bila dilakukan dengan benar, maka kekebalan yang didapatkan bisa mencapai 100%. Imunisasi juga tidak mahal karena diberikan gratis oleh pemerintah melalui Posyandu dan Puskesmas.

Pada tahun 2005-2006 , di Indonesia terjadi wabah polio yang menyebabkan 305 anak lumpuh permanen, setelah digalakkan imunisasi polio maka kini tidak ada lagi kasus polio. Sayangnya hal ini belum disadari oleh masyarakat kita. Masih banyak masyarakat yang enggan membawa bayinya untuk diimunisasi. Keengganan masyarakat bisa disebabkan karena adanya efek samping setelah imunisasi. Padahal efek sampingnya biasanya hanya demam dan bisa diatasi dengan minum obat penurun panas. Memang ada beberapa anak yang mengalami abses atau bengkak pada bekas tempat yang disuntik, ada juga kejang karena terlalu panas suhu tubuhnya. Bahkan ada yang sampai menangis terus menerus hingga berjam-jam. Hal-hal inilah yang membuat orang tua malas membawa anaknya untuk imunisasi. Anak yang awalnya sehat dan ceria justru menjadi panas dan rewel setelah pulang dari imunisasi.

Belum lagi maraknya berita yang menyatakan bahwa imunisasi haram karena dikembangbiakkan di embrio babi, imunisasi berbahaya karena menyebabkan autism, dan lain- lain yang membuat para orang tua semakin ragu-ragu terhadap imunisasi ini. Ada pengalaman berharga mengenai pentingnya imunisasi yaitu pengalaman Bapak Dahlan Iskan, CEO Jawa Pos Group yang harus menjalani transplantasi hati karena mengidap kanker hati. Ketika masih kecil, beliau memang tidak pernah mendapatkan imunisasi hepatitis B. Sejak menjalani pencangkokan
  tersebut, beliau  sering  berkampanye tentang  pentingya imunisasi  dan  mengadakan kegiatan       pemberian imunisasi hepatitis B gratis kepada masyarakat. Dari pengalaman itu, kita bisa meyakinkan masyarakat betapa pentingnya imunisasi. Maka dalam hal ini, peran Komnas KIPI sangatlah diharapkan untuk dapat memasyarakatkan imunisasi. Untuk meningkatkan perannya, hal-hal berikut ini dapat dilakukan oleh Komnas KIPI, yaitu antara lain :
1.  Membentuk cabang-cabang Komnas di daerah yang disebut sebagai Komda atau

Komisi Daerah KIPI agar bisa menjangkau Puskesmas atau Posyandu di tingkat desa.

2. Mengadakan penyuluhan kepada masyarakat akan pentingnya imunisasi dengan memberikan data yang akurat tentang keberhasilan imunisasi di negara kita sendiri maupun di negara-negara lain di dunia.
3.  Memberikan seminar bagi para tenaga medis tentang pembuatan vaksin imunisasi untuk meyakinkan bahwa kualitas vaksin yang diproduksi oleh Indonesia sudah mendapatkan  standart  aman  dari  WHO,  Organisasi  Kesehatan  Dunia.  Sehingga mereka bisa menyampaikan kepada masyarakat sekitar.
4.  Memberikan pelatihan kepada para tenaga medis terutama Bidan Desa mengenai penanggulangan mengatasi demam atau efek samping yang mungkin terjadi karena imunisasi.
5.  Mendata   sejauh   mana   keberhasilan   imunisasi   di   tiap   daerah   sehingga   bisa memberikan  kesimpulan  yang  akurat  berupa  fakta  yang  menunjukkan  bahwa imunisasi benar-benar efektif untuk mencegah penyakit pada bayi dan anak-anak.


Sedemikian pentingnya imunisasi, maka diharapkan Komnas KIPI dapat melaksanakan tugas dengan sebaik-baiknya. Mengingat belum ada  Badan penelitian di dunia yang menyatakan bahwa kekebalan yang dihasilkan dari imunisasi dapat digantikan oleh zat lain. Apalagi baru- baru ini ada imunisasi Pentavalen yang merupakan gabungan dari lima jenis vaksin dalam satu sediaan  sehingga  lebih  efektif.    Tentu  saja  peran  Komnas  KIPI  sangat  diharapkan  untuk suksesnya  sosialisasi  dan  pelaksanaan  imunisasi  Pentavalen  tersebut.  Mari  kita  membantu
Komnas KIPI untuk menggalakkan imunisasi demi terwujudnya generasi bangsa yang sehat.



(Tulisan ini aku ikutkan pada lomba menulis artikel kesehatan dan kalaaahh hehehe..)






Read More