MENGUNJUNGI DOLLY ZAMAN NOW BERSAMA BPIP DAN AGSI

Minggu, 08 Maret 2020






Hari Sabtu yang lalu aku berkesempatan mengunjungi Dolly. Siapa yang tak kenal daerah Dolly? Tentu semua orang pernah mendengar nama yang melegenda ini. Dolly yang pernah menjadi pusat prostitusi terbesar se-Asia Tenggara ini memang telah ditutup sejak tahun 2014. Lalu apa kabar Dolly saat ini?



Ini kali pertama aku menjejakkan kaki ke Dolly, benar-benar pertama kali, padahal udah puluhan tahun aku tinggal di Surabaya. Aku tak sendiri tapi beramai-ramai bersama teman-teman dari AGSI (Asosiasi Guru Sejarah Indonesia) dan juga pasukan BPIP (Badan Pembinaan Ideologi Pancasila). Menurutku kegiatan ini seperti menerapkan nilai-nilai pancasila dengan aksi yang nyata. Senang juga bertemu dengan para guru Sejarah se-Jawa Timur, yang awalnya kukira adalah guru PKN lho hehehe Ternyata tidak melulu guru PKN ya yang harus menjadi pendidik Pancasila. 


Rumah-rumah yang beralih job

Acaranya sendiri berjudul SUSUR KAMPUNG PENDIDIK PANCASILA, Ruang Pertemuan Antara Pendidik Pancasila, Penggiat Kampung, Komunitas dan Jejaring. Awalnya diadakan pembekalan dulu di Hotel Ibis Budget Surabaya, agar wawasan kita bertambah mengenai nilai-nilai Pancasila dan materi pendukung lainnya. Acara yang dibuka oleh Direktur Pembudayaan BPIP Ibu Irene Camelyn Sinaga, membuka wawasanku, ternyata masih begitu banyak pekerjaan rumah bangsa ini.



Melihat ibu Iren, aku menjadi sangat terinspirasi. Beliau begitu smart menguasai segala hal. Hampir semua pokok pembicaraan hari itu beliau memahaminya dan menceritakan pengalamannya. Tak salah bila BPIP mengangkatnya menjadi Direktur Pembudayaan. Bahkan ketika selesai acara, Ibu Iren sempat menyampaikan impiannya untuk memberdayakan Kampung Dolly karena beliau pernah berpengalaman mengelola tempat pariwisata di Sumatera Selatan ketika menjabat sebagai KADISBUDPAR SUMSEL beberapa tahun yang lalu.



Setelah dibuka oleh Ibu Irene, pembicara pertama adalah JJ Rizal, seorang sejarawan dan pendiri penerbitan Komunitas Bambu. JJ Rizal menekankan tentang konsep berbagi, dimana menulis bisa dijadikan alat untuk berbagi kepada yang lain. Yang sedikit kita miliki ternyata bisa menjadi manfaat orang lain, apalagi saat ini CONTENT IS THE KING. Kita bisa menjadi besar dan bermanfaat untuk orang lain dengan membuka diri dan berbagi ilmu, berusaha menerima apa saja tanpa pamrih untuk mendapatkan sesuatu. JJ Rizal juga mengatakan bahwa setiap guru ikut bertanggung jawab tentang Pancasila ini, tidak hanya guru Sejarah ataupun guru PKN. Berarti aku juga bertanggung jawab nih yaaa padahal aku guru bahasa Inggris lhoo wkwkwkk... Yang pasti jangan cuma membahas bagaimana memahami Pancasila tetapi kita juga berpikir bagaimana menggerakkan masyarakat untuk mencintai Pancasila “Carilah teladan di sekitar kita, nggak mungkin dong kita mau menghidupkan yang mati hanya karena yang kita anggap teladan sudah mati semua?” JJ Rizal menutup wejangannya.
Setelah sholat dhuhur acara susur kampung Dolly dimulai. Hatiku rasanya gegap gempita, tidak sabar pengen melihat kampung Dolly dari dekat. Ketika akhirnya sampai di sana dan mendapat penjelasan dari teman-teman SOBO nDOLLY, aku seperti tercerahkan, masyaAllah perjuangan teman-teman disini sungguh berat. Kemana saja aku?? Hiks...
Tidak mudah mengubah lokalisasi Dolly menjadi seperti sekarang ini. Alhamdulillah saat ini sudah ada 23 anggota UKM, mulai dari usaha fashion, menjahit, batik, tas, makanan dan minuman. Memang tidak serta merta bisa membantu masyarakat bangkit dari keterpurukan ekonomi, tetapi mudah-mudahan ini menjadi jalan bagi mereka untuk mendapatkan masa depannya.

KAMPUNG BATIK
Salah satu kesibukan baru bagi warga Dolly ini adalah membuat batik. Kami juga diajak mengunjungi kampung batik. Bahkan aku sempat ikut belajar membuat batik, lumayan ribet ya ternyata hehehe harus melalui beberapa celupan agar bisa menghasilkan batik yang bagus. Belum lagi melukis pola batiknya yang tentu saja tak sembarang orang bisa. Semua hasil karya batik mereka dipamerkan di Rumah Batik Putat Jaya ini. sehingga memudahkan buat mereka yang ingin membelinya. Rumah batik ini langsung dibawah pembinaaan Dinas Perindustrian dan Perdagangan kota Surabaya. Para pembatik adalah para mantan pramuria itu sendiri, semoga mereka dilimpahkan kesabaran dan istiqomah yaa, bagaimanapun godaan untuk kembali ke jalan yang kelam ternyata memang masih selalu  menghantui.

BOTHOK TELUR ASIN
                Kami juga diajak mencicipi Bothok Telur Asin yang fenomenal itu, hmmm ternyata rasanya lezat lho, bumbu, kelapa, juga telur asinnya menyatu dengan begitu pas, tidak begitu asin, tidak pedas, pokoknya maknyus deh. Kami berkumpul di Sentra Telur Asin dan kemudian Bapak Nirwono sebagai Ketua RT bercerita tentang pengalaman beliau selama ini. Bothok itu sendiri dibuat oleh istri Pak Nirwono dan warga sekitar. Bothok ini sudah menjadi sumber penghasilan bagi mereka. Harga yang murah hanya 8000 rupiah memang menarik minat beberapa warga kota Surabaya, beberapa hotel, restaurant dan juga kantor-kantor kedinasan, sehingga banyak yang pesan. Alhamdulillah barakallah yaa..

PESANTREN JAUHAROTUL HIKMAH
                Melihat pesantren ini mungkin seperti Oase di padang pasir ya? Pesantren yang didirikan di tengah-tengah kampung Dolly ini, ketika pertama kali berdiri pada tahun 2008, sempat dicemooh bahkan diprotes habis-habisan. Memang seperti ironi, padahal maksudnya baik, adanya pesantren ini adalah untuk menyelamatkan anak-anak yang tinggal di kampung Dolly. Ketika kemarin berkunjung kami disambut oleh para santri dan santriwati yang sangat antusias melihat kehadiran kami. Sebotol susu kedelai penawar dahaga yang kami terima ternyata juga bikinan mereka. Sore yang indah itu kami menghibur mereka dengan mengajari mereka bermain angklung.
Jangan ditanya bagaimana kami bisa bermain angklung sesingkat itu dan lalu mengajarkannya kepada anak-anak di Pesantren JH hehehe semua itu berkat jasa Bapak Hanafi dan istrinya yang memang menggeluti musik angklung. Ternyata tidak sesulit yang kubayangkan, dalam waktu singkat kami sudah bisa menguasainya dan kemudian mengajarkannya. Suasana pesantren menjadi meriah karena suara angklung yang merdu memainkan lagu Tanah Airku. Jadi ingat kata-kata Pak Hanafi bahwa belajar angklung bisa membangkitkan semangat gotong royong karena lagu yang dihasilkan oleh suara angklung adalah hasil konsentrasi dan kekompakan para pemainnya. Setiap angklung memiliki nada yang berbeda jadi bagaimana menyatukan suara angklung-angklung itu menjadi sebuah lagu yang indah bisa menjadi simbol bergotong royong. Ahh memang sungguh indah!
Akhirnya keindahan hari itu harus kami akhiri. Menjelang maghrib kami kembali ke hotel. Tentu dengan segala rasa campur aduk yang membuncah, ada bahagia, lega sekaligus sedih karena harus berpisah dengan mereka. Aku berharap semoga suatu saat bisa berkesempatan mengunjungi mereka lagi dan bisa berbagi lagi dengan anak-anak pesantren JH. Terima kasih Dolly, terima kasih atas semua best experience ini!
Oya aku berharap bisa membantu Ibu Irene untuk memberdayakan kampung Dolly ini, bagaiamanapun anak-anak di kampung ini juga adalah generasi muda yang kelak akan melanjutkan kepemimpinan bangsa ini. Semoga pengalaman kelam orang tua mereka bisa menjadi pelajaran berharga dan tak menyurutkan langkah mereka untuk menjadi yang terbaik, semangat berbenah Dolly!!







Posting Komentar

Tengkyu udah blog walking here and nyempetin comment yaa...


Hakuna Matata
@trianadewi_td