GOOD BYE HOARDING DISORDER

Selasa, 14 Juli 2020


"Aku mau beli lagi gamis yang itu deh, yang kemarin kubeli itu warnanya biru. Ini yang merah ternyata lucu juga”

    “Aku mau beli toples tupperware yang satu set itu ya, yang kemarin kubeli kan cuma dua yang besar dan kecil yang sedang aku belum punya”

    “Jangan dibuang botol bekas minuman itu aku mau membuatnya menjadi pot bunga”

    "Biarlah tumpukan tiket itu ada di situ, buat kenang-kenangan agar aku ingat kemana saja aku pernah pergi”

  "Jangan dijual sepedaku ini, ini benda berharga pertama yang bisa kubeli dengan gaji pertamaku”

    “Biar korannya menumpuk di situ suatu saat kalau kita membutuhkan tinggal ambil aja”


Jangan lupa sortir lemarinya hihihi


    Sepertinya tidak ada yang salah dengan kalimat-kalimat di atas ya.. tetapi kalau kita perhatikan semua kalimat di atas merujuk pada suatu sifat yaitu penimbun barang. Kalau yang ditimbun emas permata nggak papa kali yaa.. sayangnya yang ditimbun koq  barang-barang yang kebanyakan unfaedah deh...

    Istilah hoarding adalah suatu perasaan kesulitan untuk membuang barang-barang yang dimiliki padahal sudah tidak diperlukan lagi.  Jadi sangat sulit berpisah dengan barang-barang miliknya. Pelaku hoarding disebut hoarder. Kebiasaan hoarding ini bisa dianggap bermasalah jika semua yang dilakukan bisa menurunkan kualitas hidupnya. Berbeda dengan kolektor barang yang pasti merawat barang yang dikoleksinya, kalau hoarder cenderung tidak sempat menyimpannya dengan baik, sehingga menimbulkan tumpukan disana sini yang akhirnya membuat semua tampak berantakan. 

    Dan kalau kupikir-pikir ternyata aku ini juga hoarder lho gaes. Aku suka sekali menyimpan sesuatu yang sudah tidak penting lagi dan tidak berguna lagi. Sayang banget membuangnya, karena aku menganggapnya berharga dari segi sejarahnya. Atas nama kenangan begitulah yang sesungguhnya terjadi. Akibatnya banyak barang-barang lama yang menghuni rumahku. Belum lagi kebiasaan membeli sesuatu yang aku sukai dan menumpuknya begitu saja. Lalu bagaimana aku bisa sembuh?



    Almarhum suamiku dulu adalah penyuka senapan. Dia mempunyai banyak model dan jenis senapan. Dia rela menabung uangnya untuk memenuhi keinginannya mempunyai senapan. Berapapun harganya kalau sudah suka ya pasti dibeli. Suatu kali setelah suamiku meninggal, aku melihat-lihat koleksinya. Aku takut menyimpannya karena aku tidak bisa menggunakannya, aku berniat memberikan kepada adik-adikku atau sahabat-sahabat suamiku yang juga suka dengan senapan angin.

Ketika itulah aku berpikir, betapa sia-sia rasanya ya, suamiku mengkoleksi senapannya mahal-mahal tetapi ketika meninggal tak ada satu pun yang dibawa. Aku seperti tersadar ya Allah betapa sia-sianya hiks... Dan kenapa masih saja aku melakukan hal yang sama?

   Setelah itulah aku mulai introspeksi diri, aku membersihkan barang-barangku yang tidak akan kupakai lagi. Persetan dengan kenangan yang ada, toh aku juga tidak bisa mengulanginya lagi? Biarlah aku menyimpan indahnya kenangan itu di hati saja.

Pertama aku menyortir jilbabku, ada tiga rak besar berisi jilbab yang padahal sudah tidak pernah kupakai lagi. Ada jilbab yang pertama kali kupakai ketika berjilbab tiga puluh tahun yang lalu, ada jilbab hadiah dari budeku yang sudah meninggal, ada jilbab hadiah suami ketika ulang tahun, ada jilbab oleh-oleh dari adikku yang berhaji, jilbab oleh-leh dari masku yang ke Paris, jilbab oleh oleh dari temanku yang di Jerman, jilbab hadiah dari murid-muridku, ya Allaah beneran betapa sia-sianya apa yang kulakukan. Hanya karena atas nama kenangan aku menyimpan jilbab-jilbab itu dan tidak pernah memakainya...

Yang susah nyembuhin jadi penimbun buku hihihi apalagi buku dari penulis idola

    Sejak itulah aku kemudian menyortir semua barang-barangku. Hanya menyisakan yang memang masih kubutuhkan dan kupakai. Aku membagi-bagikan barang-barangku ke tetangga-tetangga yang tidak mampu juga ke teman-teman  yang mau. Ada rasa bahagia yang terselip ketika melihat mereka yang memakai barang-barangku terlihat bahagia dan senang sekali. masyaAllah ternyata aku bisa bershodaqoh juga dengan cara begini. 

    Syukurlah sedikit demi sedikit aku bisa mengurangi kebiasaan burukku itu. Mulai sekarang aku berjanji hanya akan membeli barang-barang yang kubutuhkan dan akan segera memberikannya ke orang lain bila aku sudah tidak membutuhkannya lagi. Selain hatiku menjadi tenang dan bahagia karena aku sudah ikhlas berbagi, rumahku juga tampak rapi dan lebih bersih. Alhamdulillah semoga aku istiqomah melakukannya.

10 komentar

  1. Aku juga giniiiii. Makanya pas liat postingan IG Mbak Tridi aku langsung komen. Padahal aku juga udah sering loh ngasih-ngasih barang yang udah nggak pernah dipakai atau hadiah-hadiah event yang pernah aku dapat. Tapi rasanya teteeeepppp aja penuh sesak. Huhuhuhuhu harus mulai disiplin nyortir lagi nih. 😆😆😆😆

    BalasHapus
  2. Gara-gara thread yang trending kapan itu aku jadi kepo sama disorder yang satu ini dan akhirnya jadi ketampar-tampar. Emang ya cewek tuh suka sentimentil kalo sama barang dengan kenangan.

    BalasHapus
  3. Mbak, aku tertohok huhuhu.... Masih jadi kebiasaan buruk, nih. Kemarin akhirnya terpaksa mengurangi karena pindahan, kerasa sih jadinya agak legaan.

    BalasHapus
  4. aku juga sudah sejak lima tahunan gak banyak belanja yang gak jelas aku buat apanya, kecuali makanan aku gak bisa

    BalasHapus
  5. Bapak saya, motor pertama yang dia beli masih disimpan sampai sekarang. Sampai sepada yg saya pake waktu masih kuliah juga disimpannya. Padahal menurut hemat saya ya, dijual atau dikasih ke orang insyaallah lebih berfaedah. Soalnya jika disimpan lama2 jadi ronssokan juga. Kami biasanya menyortir semua barang saat ada donasi buat bencana. Yg sudah jarang dipake tapi masih bagus bisa didonasikan...

    BalasHapus
  6. Iya katanya pegiat hidup minimalis kalau kita mengurangi barang di rumah beban kita juga ikut terangkat. Memang seperti itu sih ya makanya aku suka beberes menyingkirkan barang tak terpakai no timbun..

    BalasHapus
  7. Aku banget ini. Sayang buang2 barang, padahal udah ga berguna lagi. Bikin penuh tempat dan akhirnya ke otak. Semoga segera bisa mengatakan bye hoarding disorder juga.

    BalasHapus
  8. Saya juga mulai jual-jualin koleksi buku yg ga dipakai lagi
    .. Jadi kepikiran aja, kalau masih punya sebanyak ini, gimana nanti kalau mati 😥

    BalasHapus
  9. Memang kita harus mulai hidup minimalis mulai skrg. Kalo prinsip suamiku kalau masih ada yg bisa dipake, jgn suka beli2 yg baru nnti panjang hisabnya di akhirat. Aku sih masih jd horder deh kayaknya Mbk, tp mau kurang2in kebiasaan beli2 yg ga penting dr sekarang. Makasih artikelnya, menginspirasi.

    BalasHapus
  10. Aih, aku jg begini..tp krn lbh cenderung belum punya waktu bebersih sih. Klo sdh dpt timingnya, kusortir juga. Gak enak banget memang numpuk bikin rumah jd sesak krn terkesan penuh barang. Pdhal gak guna juga

    BalasHapus

Tengkyu udah blog walking here and nyempetin comment yaa...


Hakuna Matata
@trianadewi_td