LIMA TIPS MENGHADAPI TEMAN YANG MENJENGKELKAN
Minggu, 19 Juli 2020
CARA PRAKTIS MEMBUAT JAMU KUNIR ASAM
Sabtu, 18 Juli 2020
MENJADI GURU ONLINE
Jumat, 17 Juli 2020
GOOD BYE HOARDING DISORDER
Selasa, 14 Juli 2020
"Aku mau beli lagi gamis yang itu deh, yang kemarin kubeli itu warnanya biru. Ini yang merah ternyata lucu juga”
“Aku mau beli toples tupperware yang satu set itu ya, yang kemarin kubeli kan cuma dua yang besar dan kecil yang sedang aku belum punya”
“Jangan dibuang botol bekas minuman itu aku mau membuatnya menjadi pot bunga”
"Biarlah tumpukan tiket itu ada di situ, buat kenang-kenangan agar aku ingat kemana saja aku pernah pergi”
"Jangan dijual sepedaku ini, ini benda berharga pertama yang bisa kubeli dengan gaji pertamaku”
“Biar korannya menumpuk di situ suatu saat kalau kita membutuhkan tinggal ambil aja”
Sepertinya tidak ada yang salah dengan kalimat-kalimat di atas ya.. tetapi kalau kita perhatikan semua kalimat di atas merujuk pada suatu sifat yaitu penimbun barang. Kalau yang ditimbun emas permata nggak papa kali yaa.. sayangnya yang ditimbun koq barang-barang yang kebanyakan unfaedah deh...
Istilah hoarding adalah suatu perasaan kesulitan untuk membuang barang-barang yang dimiliki padahal sudah tidak diperlukan lagi. Jadi sangat sulit berpisah dengan barang-barang miliknya. Pelaku hoarding disebut hoarder. Kebiasaan hoarding ini bisa dianggap bermasalah jika semua yang dilakukan bisa menurunkan kualitas hidupnya. Berbeda dengan kolektor barang yang pasti merawat barang yang dikoleksinya, kalau hoarder cenderung tidak sempat menyimpannya dengan baik, sehingga menimbulkan tumpukan disana sini yang akhirnya membuat semua tampak berantakan.
Dan kalau kupikir-pikir ternyata aku ini juga hoarder lho gaes. Aku suka sekali menyimpan sesuatu yang sudah tidak penting lagi dan tidak berguna lagi. Sayang banget membuangnya, karena aku menganggapnya berharga dari segi sejarahnya. Atas nama kenangan begitulah yang sesungguhnya terjadi. Akibatnya banyak barang-barang lama yang menghuni rumahku. Belum lagi kebiasaan membeli sesuatu yang aku sukai dan menumpuknya begitu saja. Lalu bagaimana aku bisa sembuh?
Almarhum suamiku dulu adalah penyuka senapan. Dia mempunyai banyak model dan jenis senapan. Dia rela menabung uangnya untuk memenuhi keinginannya mempunyai senapan. Berapapun harganya kalau sudah suka ya pasti dibeli. Suatu kali setelah suamiku meninggal, aku melihat-lihat koleksinya. Aku takut menyimpannya karena aku tidak bisa menggunakannya, aku berniat memberikan kepada adik-adikku atau sahabat-sahabat suamiku yang juga suka dengan senapan angin.
Ketika itulah aku berpikir, betapa sia-sia rasanya ya, suamiku mengkoleksi senapannya mahal-mahal tetapi ketika meninggal tak ada satu pun yang dibawa. Aku seperti tersadar ya Allah betapa sia-sianya hiks... Dan kenapa masih saja aku melakukan hal yang sama?
Setelah itulah aku mulai introspeksi diri, aku membersihkan barang-barangku yang tidak akan kupakai lagi. Persetan dengan kenangan yang ada, toh aku juga tidak bisa mengulanginya lagi? Biarlah aku menyimpan indahnya kenangan itu di hati saja.
Pertama aku menyortir jilbabku, ada tiga rak besar berisi jilbab yang padahal sudah tidak pernah kupakai lagi. Ada jilbab yang pertama kali kupakai ketika berjilbab tiga puluh tahun yang lalu, ada jilbab hadiah dari budeku yang sudah meninggal, ada jilbab hadiah suami ketika ulang tahun, ada jilbab oleh-oleh dari adikku yang berhaji, jilbab oleh-leh dari masku yang ke Paris, jilbab oleh oleh dari temanku yang di Jerman, jilbab hadiah dari murid-muridku, ya Allaah beneran betapa sia-sianya apa yang kulakukan. Hanya karena atas nama kenangan aku menyimpan jilbab-jilbab itu dan tidak pernah memakainya...
Yang susah nyembuhin jadi penimbun buku hihihi apalagi buku dari penulis idola |
Sejak itulah aku kemudian menyortir semua barang-barangku. Hanya menyisakan yang memang masih kubutuhkan dan kupakai. Aku membagi-bagikan barang-barangku ke tetangga-tetangga yang tidak mampu juga ke teman-teman yang mau. Ada rasa bahagia yang terselip ketika melihat mereka yang memakai barang-barangku terlihat bahagia dan senang sekali. masyaAllah ternyata aku bisa bershodaqoh juga dengan cara begini.
Syukurlah sedikit demi sedikit aku bisa mengurangi kebiasaan burukku itu. Mulai sekarang aku berjanji hanya akan membeli barang-barang yang kubutuhkan dan akan segera memberikannya ke orang lain bila aku sudah tidak membutuhkannya lagi. Selain hatiku menjadi tenang dan bahagia karena aku sudah ikhlas berbagi, rumahku juga tampak rapi dan lebih bersih. Alhamdulillah semoga aku istiqomah melakukannya.